Bung Karno punya banyak sebutan. Salah satunya adalah “gelar” Putera Sang Fajar.Bung Karno menceritakan ini di otobiografinya–Bung Karno: Penyambung Lidah Rakyat yang disusun Cindy Adams.
Pada suatu pagi, menghadap ke arah timur, Ibunda Bung Karno–Ida Ayu Nyoman Rai–duduk di beranda rumahnya yang kecil di Surabaya. Dipeluknya tubuh Bung Karno yang baru berusia beberapa bulan.
“Engkau sedang memandangi fajar, Nak.Ibu katakan kepadamu, kelak engkau akan menjadi orang yang mulia,” kata ibunda lunak.
“Engkau akan menjadi pemimpin dari rakyat kita, karena ibu melahirkanmu jam setengah enam pagi di saat fajar mulai menyingsing.”
Orang Jawa punya suatu kepercayaan, jika bayi dilahirkan saat matahari terbit, nasibnya telah ditentukan terlebih dulu.Dan Bung Karno memang lahir saat fajar menyingsing.
“Jangan sekali‐kali kaulupakan, Nak! Engkau ini putera dari Sang Fajar,” ucap Ibunda.
Bung Karno yakin betul bahwa dia akan menjadi penerang di jaman yang sedang gelap.
“Bersamaan dengan kelahiranku menyingsinglah fajar dari suatu hari yang baru dan menyingsing pulalah fajar dari satu abad yang baru. Karena aku dilahirkan di tahun 1901,” kata Bung Karno.
(Sumber : sukarno.org)