Cerita ini bukan tentang kelahiran Bung Karno yang dikaitkan dengan meletusnya Gunung Kelud. Ini adalah kisah nyata kelahiran presiden pertama Indonesia.
Saat ibunda Bung Karno–Ida Ayu Nyoman Rai–hendak melahirkan, suaminya–Raden Soekemi–benar-benar tidak memiliki uang. Sehingga ia tidak bisa membayar dukun bayi.
“Kelahiran itu sendiri sangatlah menyedihkan. Bapak tidak mampu memanggil dukun untuk menolong anak yang akan lahir. Keadaan kami terlalu ketiadaan (miskin, -red),” kata Bung Karno.
Maka, yang membantu kelahiran Bung Karno adalah kawan dari keluarganya: seorang kakek yang sudah teramat tua.
“Dialah, dan tak ada orang lain selain dari orang tua itu, yang menyambutku menginjak dunia ini.”
Berbicara kelahirannya, Bung Karno teringat dengan sebuah plaket timbul yang terbuat dari batu pualam putih nan bersih, yang melukiskan kelahiran Hercules.
Ia tergantung di ruang gang yang menuju keruangan resepsi Negara, Istana Bogor.
Plaket itu memperlihatkan bayi Hercules dalam pangkuan ibunya dikelilingi oleh empat belas orang wanita‐wanita cantik–semua dalam keadaan telanjang.
“Cobalah bayangkan, betapa bahagianya untuk dilahirkan di tengah‐tengah empat belas orang wanita cantik!”
“Akan tetapi Sukarno tidak sama beruntungnya dengan Hercules,” Bung Karno mengeluh.
“Pada waktu aku dilahirkan, tak seorang pun yang akan mengambilku ke dalam pangkuannya, kecuali seorang kakek yang sudah terlalu amat tua.”
(Sumber : sukarno.org)