Ribuan masyarakat Tionghoa di Bali melakukan sembahyang ke Viara atau Klenteng Caow Eng Bio Tanjung Benoa, Kabupaten Badung untuk merayakan Tahun Baru Imlek 2566.
Ketua Pengurus Klenteng/Viara Caow Enk Bio, I Made Juanda Aditya di Nusa Dua, Bali, Kamis mengatakan warga Tionghoa sejak kemarin (Rabu) malam sudah berdatangan ke viara/klenteng ini untuk merayakan pergantian tahun 2565 ke Tahun Baru Imlek 2566.
“Menurut penuturan leluhur kami, bahwa lahan viara ini diberikan oleh keluarga Raja Pemecutan Badung, sehingga secara historis sampai saat kekerabatan dari generasi penerus klenteng tersebut tetap terjalin dengan keluarga Kerajaan Pemecutan dan masyarakat sekitarnya,” ucap tokoh Puri Peguyangan, Kota Denpasar.
Keberadaan kelenteng tersebut sejak tahun 1548. Dikisahkan keberadaan viara tersebut dari perjalanan para saudagar Hainan menuju negeri Nusantara zaman dulu. Mereka menumpang kapal laut. Saat melintasi Selat Malaka, kapal mereka sempat dicegat perompak. Banyak saudagar yang mati terbunuh. Sebagian dari penumpang kapal yang selamat melanjutkan perjalanan ke Nusantara.
Dalam perjalanan di tengah samudra, kapal mereka diterjang badai hebat. Seisi kapal panik. Tetapi, di tengah itu mendadak terdengar suara seseorang yang meminta mereka tidak panik. Mereka diminta bersikap tenang di tengah badai menerjang kapal. Suara ini diyakini datang dari penguasa laut, Dewa Baruna.
Dikisahkan pelayaran kapal membawa mereka tertambat di pesisir laut utara wilayah yang sekarang dikenal sebagai Tanjung Benoa, Kabupaten Badung. Di tempat inilah mereka membukitkan janjinya kepada Dewa Baruna. Sebuah stana dibangun di tempat yang kini dikenal sebagai Kongco Caow Eng Bio itu Ada anak buah kapal yang menyalakan dupa.
Kemudian badai mereda dan mereka pun selamat dari amukan gelombang laut yang dahsyat. Sebagai ungkapan rasa syukur, mereka berjanji akan membuat stana Dewa Baruna kelak kapalnya bersandar di daratan.
Sumber Suara Bali